Search This Blog

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Friday, August 18, 2017

ASIAN YOUTH DAY (AYD) 7 - Days in the Diocese

INDONESIA - Asian Youth Day (AYD) merupakan penganjuran Federesi Konferensi Para Uskup se-Asia (Federation of Asian Bishops' Conference @ FABC) yang membawa bersama para belia Katolik seluruh Asia dalam fellowship dan pertumbuhan iman. AYD menyediakan pelbagai program bagi pelayanan belia.

Sejarah AYD bermula pada 1991 semasa World youth Day di Czestochowa, Poland, apabila delegasi belia dari 30 negara Asia telah mengikuti Forum Belia Antarabangsa (International Youth Forum) kali ke 3 dan telah menyatakan harapan untuk mengadakan jaringan, pertukaran dan penganjuran aktiviti bersama para belia Katolik se-Asia.

Pada 1993, pertemuan untuk menyelaras program belia se-Asia telah diadakan pada Konferensi Konsultasi Belia (Youth Consultation Conference) di Bangkok, Thailand. Apabila mendengar suara belia se-Asia, FABC telah mewujudkan Youth Desk dibawah Pejabat FABC bagi umat awam agar pemimipin belia dapat memulakan perkongsian iman melalui penganjuran aktiviti dikalangan orang muda.

AYD kali ke 7 telah diadakan selama 8 hari iaitu pada 30 Julai sehingga 6 Ogos 2017 dengan bertemakan "Joyful Asian Youth! Living the Gospel in Multicultural Asia". AYD telah dimulakan dengan Days in the Diocese (DID) selama 3 hari, 30 Julai sehingga 1 Ogos 2017, di Keuskupan - keuskupan yang terpilih di Indonesia dan kemudian acara kemuncak AYD 7 di Jogja Expo Centre, Jogyakarta Indonesia pada 23 Ogos sehingga 6 Ogos 2017.

Seramai 99 orang belia Katolik dari seluruh negara Malaysia telah menyertai AYD pada kali ini. Mereka kemudianya dibahagikan kepada dua tempat DID. Bagi Keuskupan Sandakan, Keuskupan Agung Kota Kinabalu, Keuskupan Keningau, Keuskupan Agung Kuching dan Keuskupan Melaka - Johor, DID mereka adalah di Keuskupan Denpasar, Bali Indonesia. Manakala bagi Keuskupan Miri, Keuskupan Sibu, Keuskupan Pulau Pinang dan Keuskupan Agung Kuala Lumpur, DID mereka adalah di Keuskupan Agung Palembang. 

Tujuan utama DID ini diadakan adalah untuk membantu para belia untuk menghormati penyatuan dengan ciptaan dan menjadi saksi yang penuh sukacita dalam memperjuangkan keadilan sosial dan kedamaian serta mengambil sikap ambil peduli tentang alam sekitar. 

Sila ikuti perkongsian para belia yang mewakili Keuskupan Sandakan dalam perkongsian mereka disepanjang DID mereka di Keuskupan Denpasar, Bali Indonesia.


PERKONGSIAN ELTON SUSANTO DARI PAROKI ST. DOMINIC 
LAHAD DATU



Salam damai Kristus semuanya.

Disini saya ingin mengambil kesempatan untuk mengongsikan pengalaman saya yang singkat tentang apa yang saya rasakan saat mengikuti DID dan AYD-7 Indonesia 2017.


Gambar kenangan bersama keluarga angkat
Secara umumnya AYD dibahagikan kepada dua bahagian, iaitu DID (Days in the Diocese) dan acara kemuncak AYD di Jogjayarta, Indonesia.

Seluruh Orang Muda Katolik seAsia telah mengikuti selama 3 hari pertama program DID. Sebelum ke acara kemuncak AYD, kami semua telah dibahagikan mengikuti DID di keuskupan yang terpilih dari 37 keuskupan di Indonesia. Setelah itu baru kami semua berkumpul dan mengikuti puncak acara  AYD di Jogja Expo Centre, Jogyakarta Indonesia.

Waktu di DID, kami dari delegasi Malaysia telah dibahagikan kepada 2 keuskupan yaitu Keuskupan Palembang dan Keuskupan Denpasar. Saya serta teman-teman dari Sabah dan Serawak dan Melaka - Johor telah ditempatkan di Keuskupan Denpasar, Bali selama 3 hari “live in” disana. Teman-teman saya dari Keuskupan Sandakan pun di bahagi-bahagi lagi bersama teman-teman dari keuskupan dan negara yang lain untuk “live in” di paroki yang panitia telah tentukan. Disanalah saya menemui teman-teman baru dari beberapa keuskupan di Indonesia iaitu beberapa Keuskupan di Regio Nusra (Nusa Tenggara), di Malaysia iaitu Sabah, Sarawak dan Melaka-Johor dan juga salah satu keuskupan dari negara Kamboja (Cambodia). Sungguh pengalaman yang luar biasa yang pertama kali saya rasakan dalam hidup.


Gambar kenangan bersama peserta dari berlainan Negara
Yang paling menyentuh saya dari awal mengikuti program ini adalah kerjasama, kesetiaan, solidaritas dan komitmen para Orang Muda Katolik (OMK) dari paroki-paroki sekeuskupan Denpasar yang telah menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan kami. Yang paling saya hargai adalah saat mereka menjemput kami di Airport. Wakil keuskupan Sandakan adalah peserta yang lewat sampai pada waktu itu. Kira-kira jam 7.00pm lebih kami mendarat, check in semuanya, tunggu bagasi, isi formulir kemasukan ke Bali dan lain-lain, kira-kira hampir jam 9.00pm baru dapat keluar dari ruangan pengecekan dan beberapa teman OMK Denpasar yang bertugas menjemput setiap delegasi telah pun seharian menunggu ketibaan kami. Saat kami sampai mereka mencari-cari kami dan akhirnya ketemu. Saya masih ingat begitu antusiasnya mereka saat kami di jumpai. Mereka langsung membawa kami ke mobil setelah kami mengambil gambar kami bersama "Spanduk Selamat Datang" sebelum menuju Paroki St. Fransiskus Xaverius, Tuka, untuk berkumpul dengan semua delegasi sebelum kami di bahagi-bahagi ke paroki-paroki yang telah ditentukan.

Di tempat saya “live in” iaitu di Paroki Roh Kudus, Babakan, apa yang saya pelajari dari mereka adalah semangat kerjasama dan komitmen pada tugas-tugas yang telah diberikan kepada mereka. Walaupun mereka masih muda, ada yang masih SMA kelas 3 (Tingkatan 5) tapi sangat komitmen pada tugasnya. Sanggup bangun awal dan pulang lewat malam. Mereka sungguh luar biasa. Saya jadikan mereka sebagai motivasi bagi diri saya dalam pelayanan.

Cabaran yang saya hadapi sebelum ke AYD dan semasa AYD (DID Bali) adalah pengurusan dokumen perjalanan. Cabaran itu yang kadang membuat saya putus asa untuk ke AYD, namun karna komitmen saya yang kuat dan ingin mencapai impian saya yang telah 3 tahun saya tanamkan dalam hati dan hidup saya maka saya dapat hadir dan merasakan sendiri pengalaman berkumpul bersama Orang Muda Katolik (OMK) se-Asia. Dan itu semua tidak terlepas dari dukungan doa Ibu saya yang tidak pernah putus dan teman-teman saya yang selalu ada dan mendoakan saya begitu juga dengan diri saya sendiri yang merupakan intensi saya yang utama dalam setahun sebelum ke AYD. Dan saya dapat merasakan bagaimana Tuhan menjawab doa-doa saya dalam setiap hal yang saya temui sepanjang persiapan dan selama acara AYD berlangsung.  Saya sangat bersyukur karna bisa mengikuti keseluruhan program AYD7 sampai tuntas dalam kondisi yang sehat dan tetap “fit”.

Cabaran semasa DID sepertinya tidak ada. Karna semua programnya sangat Joyful dan menyenangkan apalagi saya tinggal dengan keluarga angkat yang sangat menyayangi saya. Dan kini saya mendapat keluarga baru di Bali. Saya benar-benar berterima kasih atas kesempatan ini kerana jika ke Bali lagi saya tidak perlu sulit lagi untuk mencari tempat tinggal kerana sudah mempunyai keluarga baru disana. Dan mereka pun mengharap untuk saya kembali. Rasanya masih belum puas “live in” di Babakan, Bali. Rasa rindu pada mereka mulai tumbuh dan ingin kembali lagi kesana. Semoga Tuhan memberkati mereka.

Pengalaman ini akan saya kongsikan kepada Orang Muda Katolik (OMK) di Paroki saya tentang komitmen dalam pelayanan dan tugas yang diberikan. Dan terutama adalah mengenali bakat dalam diri sejak usia ini. Supaya ketika kita diberikan tugas yang sesuai dengan bakat kita, maka kita akan lebih berkomitmen dalam melaksanakannya.

Panggilan Tuhan dalam diri saya selepas AYD yang saya rasakan sejauh ini adalah tentang komitmen dalam pelayanan OMK (Belia) dan bagaimana menghidupi Injil dalam kemajemukan umat-umat di Paroki saya. Apalagi saya seorang yang sangat mencintai kebudayaan.

Semoga pengalaman DID dan AYD ini memberikan suatu motivasi bagi saya dalam menghidupi Injil ditengah masyarakat yang majemuk.


Mengambil kesempatan bergambar bersama Fr. Gustavo Benitez, PIME yang merupakan Setiausaha Esekutif bagi Youth Desk dibawah FABC umat Awam
Terakhir sekali saya ingin mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Mahakuasa karena telah mengabulkan doaku dalam mencapai impianku untuk ke AYD.

Dan jutaan terima kasih buat saudari Anna Teresa yang selalu memberi tunjuk ajar dan segalanya dalam persiapan saya. Dan juga ribuan terima kasih buat teman-teman dalam rombongan kami yang selalu siap sedia untuk membantu saya. Semoga kerjasama diantara kita ini terus kita wujudkan dalam hidup dan kehidupan kita.

Tuhan memberkati kita semua.

Amin.



PERKONGSIAN PHILIPPA PHILIP DARI PEJABAT BELIA KEUSKUPAN SANDAKAN




Saya sangat bersyukur kerana diberi kesempatan dan peluang untuk mengikuti Asian Youth Day 7 (AYD-7). Di sini saya ingin mengongsikan mengenai pengalaman saya semasa berada di Days In Diocese (DID) Denpasar, Bali. 

Perkara yang paling meyentuh saya semasa di Days In Diocese (DID) ialah saya mendapat keluarga angkat yang sangat penyayang dan peramah. Mereka menganggap saya seperti keluarga mereka sendiri. Saya ditempatkan di Paroki Maria Bonda Segala Bangsa (MBSB), Nusa Dua. Orang Muda Katolik atau dikenali sebagai OMK di paroki ini sangat peramah dan mudah untuk bergaul begitu juga para peserta yang dari luar Indonesia mahupun dalam Indonesia. Walaupun kami datang dari berlainan Negara, namun kami cepat menyesuaikan diri dan dapat bergaul rapat pada hari pertama kami bertemu.


Bergambar kenangan bersama keluarga angkat


Bergambar bersama peserta dari berlainan negara
Perkara yang saya pelajari sangat banyak. Antaranya ialah, saya mengetahui sedikit sebanyak mengenai latar belakang kewujudan Paroki Maria Bonda Segala Bangsa (MBSB), Nusa Dua. Di Nusa Dua terdapat satu tempat yang digelar “Puja Mandala” di mana “Puja Mandala” ini adalah tempat berdirinya 5 buah tempat beribadah. Sukar untuk percaya tetapi ini adalah realiti dan sangat jarang dijumpai di mana-mana Negara. “Puja Mandala” Bali merupakan simbol Bhineka Tunggal Ika bagi masyarakat sekitarnya. Terdiri daripada 5 tempat ibadah yang berbeza bermula dengan Masjid Ibnu Batutah, Gereja Katolik Paroki Maria Bonda Segala Bangsa (MBSB), Wihara Budha, Gereja Protestan dan Pura Jogat Notha. Dengan adanya “Puja Mandala” ini, saya dapat merasai kesatuan antara Kaum walaupun berbeza agama. Mereka saling bantu-membantu dan hormat-menghormati antara satu sama lain. Contohnya, semasa perayaan Natal, umat Muslim akan membantu mengawal kesesakan lalu lintas dan membuka laluan untuk umat Paroki MBSB untuk meletakkan kenderaan mereka di tempat letak kereta yang berada dalam kawasan masjid tersebut. Begitu juga sebaliknya, apabila musim Hari Raya, OMK Paroki MBSB akan membantu umat Muslim.


Lawatan ke tempat-tempat Ibadat "Puja Mandala"
Selain itu, saya berpeluang untuk melawat dan beraktiviti bersama umat sekitar perumahan tempat saya tinggal. Ianya seperti perjumpaan Komuniti Kristian Dasar (KKD) jika di keuskupan Sandakan. Saya sangat bersyukur kerana diberikan peluang ini untuk berkumpul dan beraktiviti bersama mereka.


Gambar kenangan bersama umat
Perkara yang agak mencabar bagi saya ialah bahasa pertuturan. Walaupun Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia bunyinya hampir sama kedengaran, namun di Bali mereka mempunyai bahasa mereka tersendiri. Kadang-kadang saya tidak mengerti jika mereka bercerita. Kebanyakan masa, kami berkomunikasi menggunakan Bahasa English.

Kembalinya saya di Keuskupan Sandakan, saya akan kongsikan kepada rakan-rakan saya mengenai kepelbagaian kaum dan agama di Indonesia. Walaupun berbilang kaum dan agama tetapi masyarakat dapat hidup bersatu dan harmoni. Bagi pendapat saya, keharmonian perlu bermula dari diri sendiri. Sebagai langkah pertama, kita perlu menghormati kaum dan agama lain.

Secara peribadi, selepas AYD ini, saya akan lebih menghormati agama dan etnik lain. Tidak cepat menghakimi kerana masing-masing ada kepercayaan sendiri. Selain itu, lebih mendalami dan mengenali kaum sendiri. Asal usul dan sejarah etnik keluarga berdasarkan kepercayaan agama Katolik.


Gambar kenangan dengan berpakaian tradisi pada malam Youth Festival

PERKONGSIAN SCHOFFAL CHARLES MOIJI DARI PAROKI KATEDRAL ST MARY SANDAKAN




Saya sangat gembira dan bersyukur kerana bertemu dengan keluarga angkat dan umat-umat daripada Paroki St. Petrus, Denpasar, Bali. Hanya dalam beberapa hari saja, kami dapat membina hubungan yang sangat rapat. Begitu juga apabila saya bertemu dengan deligasi daripada Cambodia yang mana terdapat kesukaran dalam komunikasi tetapi masih boleh menjalin hubungan yang sangat akrab. Selain itu, sikap toleransi masyarakat daripada pelbagai agama cukup memberi impak yang besar bagi saya.


Bergambar bersama keluarga angkat
Banyak yang saya pelajari daripada DID ini, antaranya ialah kesatuan dalam masyarakat dengan sikap toleransi, keterbukaan dan kepelbagaian budaya. Mereka saling membantu sesiapa sahaja yang memerlukan bantuan tidak kira bangsa dan agama. Kemudian, mereka mempunyai sikap keterbukaan dalam perkongsian iman.


Bergambar bersama sahabat AYD
Cabaran yang saya hadapi ialah komunikasi dan tenaga badan.

Saya ingin mengongsikan kepada rakan-rakan di paroki saya bahawa kepelbagaian budaya yang mempunyai sikap toleransi yang tinggi dapat membawa masyarakat daripada pelbagai budaya dan agama bersatu dan saling hormat menghormati antara satu sama yang lain. Terutama sekali daripada perspektif agama yang mana, hak kebebasan beragama itu adalah daripada kepercayaan individu itu sendiri tanpa tertakluk kepada perkara-perkara lain yang boleh menganggu keharmonian beragama.


Kepelbagaian budaya mewujudkan keharmonian

Secara peribadi, selepas ini saya akan lebih mempergiatkan aktiviti berteraskan alam sekitar dan lebih menekankan kesedaran terhadap isu perubahan iklim (climate changes) melalui media komunikasi kini. Menggunakan saluran media komunikasi dengan lebih baik dan berkesan.


No comments:

Post a Comment

CATHOLIC APOLOGETICS

New Advent